Sejarah Pulau Tidung Kepulauan Seribu. Sebagai salah satu pulau tersohor di Kepulauan Seribu, sejarah Pulau Tidung Kepulauan Seribu cukup panjang. Pulau Tidung menjadi salah satu destinasi wisata bahari sejak 2010 karena memiliki pesona pemandangan laut yang menakjubkan. Banyak yang menyebut bahwa Pulau Tidung populer karena keberadaan Jembatan Cinta yang menghubungkan Pulau Tidung Besar dengan Pulau Tidung Kecil.

Rupanya Pulau Tidung juga memberikan daya tarik tersendiri bagi para penyuka sejarah. Hal

tersebut akan tampak ketika Anda menemukan sebuah makam di Pulau Tidung. Makam tersebut merupakan makam dari Raja Pandita yang berasal dari Kerajaan Tidung di Kuala Malinau, Kalimantan Timur. Seperti apa sejarah Pulau Tidung Kepulauan Seribu? Berikut ini ulasannya.

 

Sebagai Pulau Pengasingan

Konon katanya, menurut kesaksian masyarakat Pulau Tidung, pulau ini dijadikan sebagai  pulau pengasingan. Pada masa penjajahan kolonial Belanda, masyarakat atau tokoh yang melawan pemerintahan Belanda akan ditangkap lalu diasingkan ke pulau ini. Pulau Tidung menjadi salah satu pulau pengasingan karena lokasinya yang terisolasi. Pulau ini hanya bisa diakses menggunakan perahu motor yang sat itu hanya dimiliki pemerintah Belanda.

Makam Raja Pandita

Akibat dijadikan sebagai pulau pengasingan oleh kolonial Belanda, penduduk Pulau Tidung dihuni oleh berbagai macam suku seperti suku Jawa, Kalimantan Timur, Sumatera, Sumbawa, Kalimantan Barat, Banten, Sunda, Timor-Timur, Ambon, Betawi dan lainnya dengan mayoritas agama Islam. Salah satu tokoh pemberontak yang diasingkan ke Pulau Tidung yaitu Raja Pandita yang berasal dari Kalimantan Timur. Raja Pandita hidup sederhana di Pulau Tidung hingga beliau wafat dan dimakamkan di sana.

Asal Nama Pulau Tidung

Pulau Tidung yang mulai terkenal tampaknya mengundang tanda tanya besar perihal asal nama pulau tersebut. Salah satu warga Malinau keturunan suku Tidung dari Kalimantan Timur mempertanyakan asal nama Pulau Tidung. Di tahun 2011 dilakukanlah pencarian terkait hubungan antara nama Pulau Tidung dengan suku Tidung di Kalimantan Timur. Ternyata diketahui bahwa terdapat makam Raja Pandita yang merupakan raja dari Kerajaan Tidung di Kuala Malinau, Kalimantan Timur.

Pemindahan Makam Raja Pandita

Akhirnya terungkaplah adanya hubungan Pulau Tidung dengan Kerajaan Tidung melalui penemuan makam Raja Pandita. Pada tahun 2011 dilakukan pemindahan makam Raja Pandita yang awalnya terletak di ujung barat ke area pemakaman saat ini. Pemindahan makam juga disaksikan oleh keluarga Raja Pandita yang didatangkan langsung ke Pulau Tidung dan aparat pemerintahan dari Kuala Malinau serta pemerintah Pulau Tidung dan Kepulauan Seribu.

Kisah dari Jembatan Cinta

Kisah dari Jembatan Cinta juga menarik untuk diulas. Di Pulau Tidung terdapat dua pulau, yaitu Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil. Kedua pulau ini memiliki luas yaitu Pulau Tidung Besar seluas 54 hektar dan Pulau Tidung Kecil seluas 18 hektar. Pulau Tidung sudah dilengkapi dengan kelurahan dan kecamatan. Sejak mulai bermunculannya para wisatawan dari berbagai kota seperti Bandung, Jakarta, Tanggerang, dan juga Bogor. Mobilisasi diantara kedua pulau tersebut semakin tinggi.

Hal itulah yang memicu pemerintah untuk membangun jembatan penyeberangan. Jembatan ini berguna sebagai penghubung jarak antara Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil. Jembatan inilah yang kemudian hingga saat ini dikenal sebagai simbol keunikan dari Pulau Tidung. Jembatan ini bernama Jembatan Cinta.

Demikianlah ulasan tentang sejarah Pulau Tidung Kepulauan Seribu. Mengetahui sejarah suatu objek wisata memang selalu menyenangkan. Semoga ulasan ini bisa bermanfaat terutama bagi para wisatawan yang akan berkunjung ke Pulau Tidung.